Saturday, October 1, 2016

Menyiasati Hujan di Belitung, hari ketiga

Setiap membuat rencana perjalanan, aku selalu memeriksa ramalan cuaca lewat internet. Apalagi berlibur ke pantai, wajib mengaturnya dengan baik termasuk bekerjasama dengan alam dan cuaca. Biasanya kita bisa mencari info, kapan waktu terbaik untuk berkunjung ke suatu pulau dan kapan waktu yang sebaiknya dihindari karena gelombang tinggi.


Hari ke-tiga di Belitung diramalkan hujan deras. Kami memutuskan untuk main ke dalam kota saja, ke daerah Belitung Timur - desa Laskar Pelangi.

Keluarga kami mengenal Laskar Pelangi lewat drama musikal yang mereka mainkan di Gedung Teater Jakarta pada tahun 2011. Anak-anak Cowboy Junior masih kecil-kecil. Aku sudah memberikan pengarahan dahulu sebelumnya kepada anggota rombongan, don't expect too much on today's trip. Hehehe.. Sekolah Dasar Muhammadiyah yang akan kami kunjungi pun hanya replika, bukan tempat asli di mana Lintang, Ikal dan Ibu Muslimah bertemu dahulu.

1. SD Laskar Pelangi



Gerimis tak kunjung henti mengawal perjalanan kami melewati daerah Badau menuju SD Laskar Pelangi selama 1 jam 30 menit kurang lebih. Jarak dari hotel kami ke sana kira-kira 71 km melalui jalan yang besar dan mulus. Bebas macet.

Seperti biasa, kami singgah di beberapa rumah penduduk untuk mengambil foto, sebelum tiba di tempat tujuan.

Semesta cukup bersahabat. Gerimis sempat berhenti begitu kami tiba di sana di SD Muhammadiyah.

We were doing fun over there. Melihat ada Bendera Merah Putih yang berkibar, kami jadi kangen masa-masa upacara. Ini jarang-jarang moment, hormat bendera sekeluarga. Mumpung sepi dan tidak ada siapa-siapa kecuali kami di sana. Kami berbuat 'onar' dan tertawa terbahak-bahak bersama.

Dikenakan tarif masuk ke dalam area replika SD Laskar Pelangi ini, tapi maaf aku lupa berapa. Tapi aku jamin tidak mahal kok. Tidak sampai 10k. Di sebelah bangunan SD ini juga ada tempat membeli souvenir dan pameran lukisan. Ada sepeda ontel yang dipajang dan kita bisa difoto di sana menggunakan topi kerucut. It's quite fun.



Di sebrang SD Laskar Pelangi ini ada tempat wisata baru, "Rumah Keong". Kami nggak ke sana sih, langit kelabu dan gerimis terus. Difoto di sana juga kurang bagus kalau tidak didukung langit biru. Aku pinjam fotonya saja ya dari internet ya, buat referensi kamu.


by Arbie Haryono


2. Museum Kata - Andrea Hirata

Sudah satu paket, mengunjungi SD Laskar Pelangi sekaligus mengunjungi Museum penulisnya, Andrea Hirata. Jaraknya tidak terlalu jauh, hanya 5 menit. Sayangnya saat kami ke sana museum Kata sedang direnovasi. Kami tidak bisa masuk. Padahal aku ingin sekali melihat-lihat ke dalam dan membaca kata-kata karya sang penulis.




Satu tips yang mungkin berguna,
pakailah baju polos jika kamu berkunjung ke daerah Belitung Timur. Museum ini berwarna warni, kamu akan tampak selaras jika outfitnya tidak terlalu ramai. Kamu juga akan tampak menarik dengan baju polos berwarna cerah jika berfoto di bangunan SD yang hampir seperti gubuk itu. Kalau niat, ajak semua peserta yang bareng denganmu untuk membawa/memakai seragam sekolah dulu. Pasti seru.
 


Kami masih bergelut dengan gerimis saat itu dan hari sudah mulai menuju tengah hari. Dari Museum Kata kita bisa berjalan kaki ke Kampoeng Ahok, hanya 5 menit! Gak ada apa-apa sih di sana, tapi ada tukang gorengan yang jual molen. Enak juga.

3. Kampoeng Ahok 



by Theresia


Di seberang tulisan KAMPUNG AHOK ini ada rumah Ahok. Mamahnya ko Ahok masih tinggal di situ. Tempat ini dibuka untuk umum, siapa saja boleh masuk ke pekarangannya.


by Novita Sari
Di sebelah kanan rumah ini ada Sanggar Batik de Simpor, sebuah toko yang menjual batik dan oleh-oleh Belitung lainnya. Batiknya bagus sih, modern gitu warnanya cerah. Tapi ya mahal, apalagi batik tulisnya. Aku cuma lihat-lihat saja. :D


Tempatnya kurang terawat juga. Gelap dan sederhana, cukup berantakan. Ada kue coklat Mama Ahok lho. Di antara sanggar ini dan rumah Ahok, ada kandang keledai lho. Baru kali ini kami melihat keledai sungguhan.

4. Makan siang di RM. Fega

Kami tidak menghabiskan banyak waktu di Kampoeng Ahok, berbekal pisang molen untuk mengganjal perut yang sudah mulai lapar, kami lanjut makan siang. Ada dua Rumah Makan yang recommended di Belitung Timur. Yang pertama adalah Rumah Makan Ayung B.B (Sinar Laut) di depan Pantai Serdang. Tempat makannya biasa saja, tidak ada yang istimewa. Tapi masakannya juara. Ini rekomendasi dari Pak Anwar, supir yang mengantar kami selama di Belitung. Boleh deh dilihat reviewsnya di google map.

Kami memilih opsi kedua, RM Fega karena letaknya di tepi danau. Kami ingin menikmati semua aspek di Pulau Belitung, sungai, pantai, kota, hutan dan juga danau.

Ini satu-satunya bon yang masih tersisa. :) Makan ber-8 di RM Fega. Nasinya cukup satu bakul. Yah dibilang murah juga nggak sih ya. Tapi cukup foya-foya. Banyak dagingnya.

Selama di Belitung, supir kami tidak makan bareng kami. Dia sudah mendapat jatah dari setiap Rumah Makan yang kami datangi. Kita cukup pikirkan perut sendiri. Oh ya aku lupa, selain itu, kami berlibur di saat bulan puasa. Pantas saja setiap makan siang, kami tidak menawarkan makan kepada Pak Anwar. Tapi betul, beberapa kali kami ke rumah makan saat makan malam, Pak Anwar bilang dia sudah punya jatah sendiri.

Hujan angin benar-benar deras ketika kami berada di Rumah Makan Fega. Kami tidak mendapat meja makan dengan pemandangan danau karena tidak memungkinkan. Terlalu banyak cipratan air. Ada lagi tempat makan yang cukup aman dari cipratan hujan, tapi sudah dibooking rombongan. Barangkali itu salah satu keuntungan ikut tour, sudah ada yang booking tempat terbaik setiap kali makan.


dari resensikecilku.

Hujan besar cukup menjadi kendala buat kami berkeliling dan menikmati tempat ini. Mengurangi keindahan dan mood berfoto. Kalau ke Belitung lagi mungkin kami akan coba opsi pertama, RM. Ayung B.B. Tempatnya memang lebih bagus di Fega, tapi siapa tahu soal rasa dia lebih juara. Ketika hujan sudah lebih jinak, kamipun meninggalkan Fega dan berkeliling kota Manggar.



by Rendi Abdul
5. Manggar -Kota 1001 Warung Kopi

Belitung Timur tempo doeloe pernah jaya. Saat PN Timah di era orde lama hingga orde baru giat menambang Timah dan kota Manggar adalah pusatnya. Warung kopi menjadi tempat sosialisasi dan diskusi antara para buruh timah dengan pegawai pemerintahan, pekerja perkebunan dan para pedagang dari berbagai desa selepas bekerja. Terbayang, nongkrong di Warung Kopi mungkin adalah hiburan satu-satunya di kala itu.

Kami mencari Warung Kopi Atet saat itu, tapi tutup. Sayang sekali, padahal aku penasaran dengan Warung Kopi Atet karena katanya Basuri Tjahaya Purnama, Bupati Belitung Timur pun suka duduk ngopi bersama rakyat di sana. Bapak Mickey Mouse blusukan ke pasar juga konon suka mampir ke sana kalau sedang mudik.

Saat kami berkunjung di bulan puasa, kota Manggar sepi bagaikan kota mati. Banyak warung kopi di mana mana tapi tutup. Lalu kami ditawarkan Warung Kopi Milenium tapi akhirnya kami lewatkan. Gerimis dan sepinya kota Manggar membuat kami kurang bersemangat.


6. Pantai Serdang

Pantai Serdang

Salah satu pantai tempat kita melihat Sunrise adalah Pantai Serdang. Di pantai yang sama, orang-orang mengabadikan Gerhana Matahari Total tanggal 9 Maret 2016 lalu. Pantainya sepi, cukup bersih tapi tak ada apa-apa di sana. Mungkin karena bulan puasa. Agak prihatin melihat keadaan di Belitung Timur. Perekonomian terlihat lesu, banyak orang-orang tua yang duduk-duduk di depan rumah, jalan-jalan begitu sepi, toko dan warung kopi tutup. Semoga hal ini hanyalah karena fenomena bulan puasa saja.


Pantai Serdang

Kami tak lama di sana. Pantai dengan langit kelabu dan tanpa ombak ternyata tidak menarik. Jaketku basah karena memaksakan diri ke pantai di tengah gerimis tak henti-hentinya mengguyur Belitung Timur sehabis hujan deras.

7. Vihara Dewi Kwan Im
Salah satu tempat yang banyak dimasukan ke dalam itinerari Manggar adalah Vihara Dewi Kwan Im. 30 menit jaraknya dari Pantai Serdang, ke daerah Burung Mandi, searah dengan perjalanan pulang. Kami menumpang ke kamar kecil di sana. Bersih sekali!


by Katerina


Vihara ini adalah Vihara tertua di sana, didirikan di sebuah bukit yang banyak ditumbuhi pepohonan dan sejuk. 



Dari Vihara ini, ada pantai lain yang bisa dikunjungi tanpa makan waktu lama. Menurut supir kami, pantai ini adalah miliki keluarga Ahok. Pantai Bukit Batu namanya. Setiap pengunjung yang ke sana harus membayar Rp.5000,- per orang. Sayang sekali lagi sayang, tutup juga! Ada gerbang menuju ke sana dan kami tidak bisa lewat.

Keluarga Ahok memiliki 4 pulau di Belitung. Asik bener... 


Pantai Bukit Batu
Dekat dari Pantai Bukit Batu, ada pantai lagi namanya Pantai Burung Mandi. Temanku bilang pantai ini bagus. Tapi kami sudah kehilangan semangat saat itu, mendung dan hujan masih tak henti mengiring perjalanan kami. Kami simpan saja untuk lain kali. Ayo buat kalian yang ke Manggar, masukan itu semua ke dalam itinerari. 


Pantai Burung Mandi

Oh ya, ada satu tempat lagi yang kami kunjungi tapi tidak kami jabanin. Open Pit, Kelapa Kampit. Hampir pk.17 ketika kami sampai ke tempat parkir di kaki bukit, mendung dan hampir gelap. Menurut informasi, kita harus naik ke atas bukit selama 15 menit dari tempat parkir berjalan kaki untuk bisa tiba di lokasi. Yah, sudah mendung dan gelap, sepertinya belum jodoh.
Open Pit
Hari sudah gelap ketika kami tiba di pinggir kota Tanjung Pandan. Waktunya KULINER.

8. Pempek Mama Rio
Ngemil dulu pempek Mama Rio, lumayan terkenal nih. Rekomendasi dari temenku yang suka banget dengan pempek ini. Di tempat ini ada juga kepiting isi, rasanya sama dengan kepiting Adena. 
by Elsasisters

9. Juhi Bakar

Letaknya tidak jauh dari tempat Pempek Mama Rio. Sudah lama sekali gak makan juhi bakar, jadi rasanya istimewa. Juhi ini dibakar lalu dipukul-pukul dengan memakai palu di atas balok kayu, supaya tidak alot katanya. Harga Juhinya bervariasi tergantung ukuran, dikasih saus cocolan juga. Coba deh! 



10. Rumah Makan Timpo Duluk
Sehari sebelumnya kami sudah mencoba ke rumah makan ini, tapi belum beruntung. Sebaiknya kita reservasi dulu kalau mau makan di Timpo Duluk, supaya bisa duduk di ruangan utama. Kami duduk di ruangan belakang karena tidak reservasi. Tak apalah, sudah bagus kebagian tempat. Rumah Makan ini sepertinya tempat yang wajib dikunjungi di Belitung. Tempatnya menarik karena dekorasi dan penyajiannya menggunakan barang-barang jadul. Kita memang diajak untuk kembali ke Belitong jaman doeloe. Di buku menu dan meja makannya pun kita bisa membaca cerita tentang asal muasal rumah makan ini. Entah dongeng entah nyata.

Belitong punya cara makan khas tersendiri, namanya makan bedulang. Tradisi makan bedulang ini mencerminkan kebersamaan. Arti bedulang itu adalah makan menggunakan dulang atau nampan seng yang besar berbentuk bundar. Dulang ini sudah ada dari tahun 1950 lho.
Cara makannya pun tidak sembarangan. Satu dulang dikelilingi empat orang yang duduk bersila dan makan bersama. Lauk pauknya apa saja? Tentu saja makanan khas Belitong salah satunya adalah gangan ikan (ikan kuah kuning). Dulang ditutup dengan tudung saji yang disebut mentudong. Nasi dan air minum disajikan terpisah. Uniknya lagi, menurut tradisi, ada seorang "mak panggong" yang melayani tata cara makan bedulang ini. Ini bisa dikatakan fine-dining tempo dulu ya.

Hari mendung dan cuaca buruk ini sudah kami manfaatkan semaksimal mungkin. Cukup produktif dalam mengenal Belitong lebih dekat. Ini adalah cara terbaik yang kami temukan untuk menyiasati wisata Belitung di kala hujan. Semoga bisa menjadi referensi yang berguna.

Catatan Kaki:
Rumah Makan Ayung
Jl. Pantai Serdang
Manggar, Belitung Timur
Buka pk. 10AM - 9PM.

Rumah Makan Fega
Jl. Jendral Sudirman,
Manggar, Belitung Timur
Ph. (0719)91114
Buka pk. 9AM - 5PM

Warung Kopi Atet

Jl. Jendral Sudirman 187
Manggar, Belitung Timur

Pempek Mama Rio
Kampung Damai
Tanjung Pandan

Juhi Bakar
Jl. Mat Yasin 49,
Belitung 33416
ph. +628192340770

Rumah Makan Timpo Duluk
Jl. Lettu Mad Daud 22
Tanjung Pandan
Reservasi : (0719) 9223242


Related Posts:

Sarapan Pagi di Belitung
Batu Mentas, wisata tersembunyi di Tanjung Pandan
Liburan Impian, Belitung Hari Pertama
Islands hopping di Belitung, hari kedua.
Lebih dekat dengan penduduk Belitung
Pantai Tanjung Pendam, apa yang kau pendam?

Monday, September 19, 2016

Menikmati Purnama bersama Warkop di Pagi Hari

Bulan purnama bersinar terang dan tampak paling besar pada bulan September setiap tahunnya. Pada hari-hari itulah orang-orang Tiong Hoa merayakannya dengan memakan kue bulan atau Mooncake. Tanggal 16-18 September yang lalu, di kala sang purnama sedang cantik-cantiknya, orang-orang Bandung dihebohkan dengan pesta kuliner paling piknik, "Mooncake Festival" di Peta Park. Hujan tak mengurangi antusias warga Bandung untuk datang dan memborong kuliner yang dijual di sana.

Warga Bandung yang kreatif mengerahkan segala keterampilan mereka di bidang kuliner dan menggelarnya bersama-sama. Kitchen Delight, Babibubebo dan Elpaso dengan nasi campurnya yang laris manis, Siomay ci Acin dengan ham coi kon-nya, Indo Kombucha, Bolu gulung keju dan bapao panggang isi char sieu dari Amaro, aneka makanan vegetarian dari Vegetarian House yang hari ini sedang berulang tahun dan Kedai Putu yang meramaikan berbagai food trucks yang ada. Ducko Chan sebagai penggagas event ini bersama teamnya telah berhasil mewarnai perayaan Terang Bulan ini dengan sukses. Kelihatannya boleh tuh kalau diadakan setiap tahun!

Purnama ini layak juga dirayakan tanpa beramai-ramai. Berdua dengan anak laki-laki yang lahir saat bulan purnama 11 tahun  yang lalu, aku menikmati Purnama di pagi hari.Warung Kopi Purnama. Kami ke sana karena anakku ingin makan buburnya depan warung. Walau kami harus jalan dari gg.Suniaraja karena susah parkir di Alketeri, kami jabanin. Pagi hari yang sejuk sehabis hujan, menyusuri jalan basah dan mengamati kegiatan sepanjang jalan, mengasyikan juga. 



Mungkin sudah banyak pembaca yang pernah makan di warkop ini, bahkan para engkongnya pun sering kemari. Kalau roti SIDODADI dirintis th. 1954, ini lebih tua lagi. Tahun 1930 sudah ada. Nah kamu, tahun 1930 ada di mana?

Warkop Purnama ini adalah salah satu warung kopi tertua di Bandung. Didirikan dengan nama Chang Chong Se yang artinya Silakan Mencoba, yang kemudian diganti menjadi Warung Kopi Purnama pada tahun 1960-an di masa orde baru. Wah, salah satu saksi sejarah! Pendiri warkop ini ternyata bukan orang Bandung, Yong A Thong berasal dari Medan yang hijrah ke Bandung di awal abad ke-20.

Kini sudah 4 generasi yang mengelola tempat ini dan semoga terus berlanjut. Mereka juga mempertahankan cita rasanya dengan mempertahankan resep aslinya. Jadi apa yang kita cicipi kurang lebih sama dengan apa yang dicicipi nenek moyang kita. Isn't that cool? Kursi mejanya pun masih asli yang doeloe. Cobalah datang pagi hari, dan duduk di depan, daerah smoking area. Hiruk pikuk kaum bapak yang berkumpul, para ncek-ncek yang berkumpul bersama kepulan asap rokok mereka menyeruput secangkir kopi ditemani bubur ayam. Ah, otentik kali bah!


Suasana smoking area
Ini adalah jendela dapur tempat makanan diproduksi.
Kopi susu 14K pake jempol
 Kopi yang mereka sajikan khusus dibawa dari Medan dan digiling sendiri setelah disimpan sekian lama sampai aromanya kuat. Keluarga mereka menyimpan rahasia cara penggilingannya secara turun temurun sehingga kopi yang dihasilkan memiliki ciri khas tersendiri.

Selain terkenal dengan kopinya, roti sarikayanya pun menjadi favorit para langganan. Mereka membuat sendiri selai sarikayanya tanpa bahan pengawet, dengan gula merah yang bisa menyihir para pembeli sampai ketagihan. Mereka juga menjual selai sarikayanya jika kita ingin membuat sendiri di rumah.
Roti dadar terlur worst - 20K pake jempol juga
Bubur ayam 14k tanpa jempol
Kami salah strategi. Maksud hati menikmati bubur di roda depan warung, tapi kehabisan. Bubur terakhir dimenangkan oleh orang yang duduk di meja sebelah kami, padahal kami datang duluan. Seharusnya sebelum masuk Warkop Purnama, kami memesan dulu semangkuk bubur. Ah, kecewa. Kami memesan bubur ayam buatan warkop tapi tak seindah bubur roda depan. Ayamnya sedikit, gak ada cakue, rasanya hambar, dan harganya lebih murah. Kalau kita lihat foto berikut, ada dua tong besar yang sudah kosong di sebelah roda bubur, itu adalah bubur yang habis! Jam 9 juga belum, dua tong bubur sudah ludes. Siapa yang makan?!



Di sebelah tukang bubur ada tukang kue ape dan tukang bandros, tapi kami sudah cukup kenyang. Aku cuma numpang mengambil foto bandrosnya saja. Seijin penjualnya lho!

dedicated untuk yang rindu bandros

Kapan-kapan mau kemari lagi lebih pagi dan memesan bubur di depan. Membayar kesalahan strategi kali ini.

Catatan Kaki:

Warung Kopi Purnama
Jl. Alketeri 22
Jalan kecil sebelah hotel Golden Flower di Asia Afrika.
Ph. 022-4201841
IG : @warungkopipurnama
Buka mulai pk. 6.30 AM - 10 PM

Related posts:



Thursday, September 15, 2016

Roti Bon Cabe Mendukung Program KB

Makan roti memang asik, apalagi kalau panas-panas. Kalau kamu punya microwave ataupun toaster di rumah, coba panaskan rotimu sebentar. Waktu yang sebentar itu akan menambah nilai kenikmatan rotinya berkali-kali lipat. Apalagi kalau roti yang ada topping kejunya di atas roti, harumnya semerbak kemana-mana.


by Antoni Jey
Pagi ini ada Roti Baso SIDODADI di meja makan. Roti baso ini, rasanya juara harganya kaki lima. Padat, berisi banyak, ada butiran tangkuenya juga. Tekstur khas roti SIDODADI ini adalah tekstur jadul, sehingga rasanya benar-benar seperti RASA YANG DULU PERNAH ADA. 


Ini serius. Toko Roti dan Kuwek2 SIDODADI sudah terkenal sejak dahoeloe kala, jaman kakek nenek baru menikah di tahun 1954. (Coba check nenekmu nikah tahun berapa?).

Nah, sekarang kita coba taburkan bon cabe level 10 ke dalam potongan roti basonya. HMMM.... nyam..nyam.. HMMM.... Roti baso ketemu jodoh, cocok banget bagaikan Romeo bertemu Juliet. Kamu harus coba. Harus coba.

Buat kalian yang berencana berkunjung ke Bandung, langkahkan kakimu ke SIDODADI sebelum pk. 11 siang supaya pilihan rotinya masih lengkap. Ada sekitar 30 jenis roti, tapi favoritnya di sana roti moka, kornet, coklat, baso dan sosis. Coba juga roti frans, banyak yang suka. Roti jadul ini diolah tanpa bahan pengawet dengan mempertahankan resep aslinya. Harganya roti isi rata-rata di bawah Rp. 5000,- 

Satu hal yang paling penting, Roti ini sangat mendukung program KB dan cinta lingkungan. Bungkus roti berwarna putih yang menggunakan desain sejak pertama berdiri, tertera tulisan: Jadilah peserta KB lestari dan buanglah sampah pada tempatnya! Terharu nggak?

Perintis roti ini pasti sangat memperhatikan kebersihan lingkungan dan juga kesejahteraan masyarakat. Beliau tidak ingin Indonesia dipenuhi dengan keluarga yang kurang sejahtera karena kebanyakan anak, karena itu Beliau menghimbau setiap kita untuk menjadi peserta KB lestari. Apa hubungannya dengan roti? Erat sekali. Roti ini sehat dan bersih, karena pemiliknya juga cinta kebersihan. Harga rotinya pun terjangkau, karena pemiliknya punya hati terhadap kesejahteraan masyarakat. 

Bagaimana menurut Anda?

Catatan Kaki :
Toko Roti dan Kuwek2 "SIDODADI"
Jl. Otoiskandardinata 255
Ph. 022-42-3361

Buka pk. 10 pagi - 8 malam.

Tips: 
- datang sebelum pk. 11 agar pilihannya masih lengkap.
- jadilah pembeli yang gesit tanpa mengesampingkan budaya antri karena pasar senggol bisa saja terjadi saat pagi hari.
- Cobalah datang lebih awal sebelum toko buka, pintunya bisa diketuk walau masih tertutup. Anda boleh masuk kok. 
- Route Angkot : warna orange strip putih (Elang - Abdulmuis), Hijau muda strip merah (St. Hall - Gedebage), atau ungu strip putih (Cisitu - Tegalega)




Tuesday, September 13, 2016

Hati-hati makan All You Can Eat di Fukuzushi

Makan All You Can Eat itu memang punya seni tersendiri, iya gak?

Di Pizzahut contohnya, saladnya boleh bebas ambil tapi hanya boleh satu kali jalan, alhasil muncullah trik seperti ini:

Judulnya "How tall can you go?" Akibatnya, pizzahut di China meniadakan menu salad bar lho.

Di mana lagi AYCE yang kamu sukai? Hanamasa? I think it's still the best walau harganya terus naik. Heran, Hanamasa tetap ramai pengunjung walau harganya sekitar dua ratus ribu per orang. Seru sih memang, menonton orang-orang dengan santai menghabiskan daging loyang demi loyang dengan santai. Sambil mengobrol sambil mengunyah.

Kemarin aku juga menikmati menu AYCE lainnya bersama 22 orang teman lainnya. Kali ini kami mencoba FUKUZUSHI, seorang 115k nett. Datang pk.18.00 lalu memesan 30 macam sushi dan 4 macam Giant Roll.
Wajar dong, untuk 22 orang, pesannya 34 sushi. Nanti nambah belakangan deh, ini makanan pembuka dulu.

Tak lama kemudian mulailah para sushi berdatangan.




 makin lama makin banyak...



makin banyak... bayangkan... 30 piring sushi! Ini belum seberapa!



dan mulai kuatir katempuhan harus menghabiskan makanan sebanyak itu.

Aturan di FUKUZUSHI adalah semua makanan yang dipesan harus dihabiskan. Peraturan yang bijaksana. Kalau tidak habis, bayar lagi.


Nah, yang harus jadi perhatian kita adalah, porsinya besar loh di sana. APALAGI GIANT ROLL-NYA. Jadi, secinta-cintanya kamu terhadap sushi, janganlah rakus. Itu tidak baik. Nanti kau kena batunya.

Setelah para sushi dioper kepada mereka yang datang terlambat, kami merasa lega dan bisa memesan makanan lain. Ramen misalnya. Enak enak.





Akhir cerita kami memang bahagia. Semua puas, semua kenyang maksimal dan semua habis. Total pesanan kami hanya 53 porsi saja. Hanya kuat segitu. Jadi rata-rata satu orang cuma kuat makan dua setengah porsi. Semoga info ini bisa dijadikan referensi pemesanan kalian di sana.

Bon kami terpanjang.
Picture by Deborah

Kami puas sekali tertawa terbahak-bahak ketika melihat sepasang sejoli di meja sebelah, menghadapi pesanan mereka yang menggelegar. Dua porsi ramen kuah (bowlnya besar loh), dua GIANT ROLL dan mungkin sekitar 6 macam sushi lainnya. HAHA.

Dugaan kami ada tiga kemungkinan:
1. Mereka pulang dengan membayar denda dan kekenyangan.
3. Mereka habiskan lalu trauma sushi untuk sekian lama.
2. Mereka pulang dan putus. Saling menyalahkan kenapa tragedi sushi bisa terjadi.


Pantai Tanjung Pendam, apa yang kau pendam?




I personally love this picture. Foto ini diambil di tengah panas terik matahari, sebelum check out, ditungguin keluarga di mobil dengan tatapan tajam karena berlama-lama motret dulu. HAHA. Sudah biasalah ya, dikomplen gara-gara kelamaan asik sendiri memotret. Tak apa. Moment tak bisa diulang. Ini adalah pantai Tanjung Pendam, di mana hotel BW Suite ini berada. 

Pantai Tanjung Pendam terletak di kota Tanjung Pandan, mudah sekali dijangkau. Banyak hotel yang dibangun di sepanjang pantai ini, seperti hotel GRAND HATIKA (reccomended), Pondok Impian, dan BW Suite hotel. Di depan hotel Grand Hatika banyak kios-kios tempat makan dan menghabiskan waktu bersantai.
Pada waktu-waktu tertentu seperti ketika kami berlibur di sana, air laut di Tanjung Pendam surut jauh sekali. Pantai ini tidak untuk berenang, tanpa ombak dan harus berhati-hati jika berjalan-jalan di sana karena ada semacam lumpur hisap yang cukup berbahaya. Tempat ini adalah bekas tambang timah. Tak heran tempatnya tidak begitu cocok untuk berwisata air.

Jalan-jalan di pantai ini mengasikkan loh. Binatangnya ada yang aneh! Ada pari kepiting yang mirip tapal kuda. Horseshoe crab ini monogamik dan biasa ditemukan berpasangan loh! Di Jawa disebut Mimi untuk jantan dan Mintuna untuk yang betina. Penampakannya sih jauh dari romantis.... ehm




Kalau kamu berada di Tanjung Pandan sekitar pk. 5 sore, bermainlah ke Tanjung Pendam untuk mencari hal-hal unik di sana sambil menunggu matahari terbenam.

Catatan kaki:

Jarak dari pusat kota : 0 Km
Fasilitas : Panggung Terbuka, Artshop, Toilet, Warung Makan / Minum, Mushola, Shelter, Jogging Track, Taman Bermain
Atraksi Khusus : Wisata Pantai, Sunset, Taman Bermain Anak


Related Posts:

Sarapan Pagi di Belitung
Batu Mentas, wisata tersembunyi di Tanjung Pandan
Liburan Impian, Belitung Hari Pertama
Islands hopping di Belitung, hari kedua.
Lebih dekat dengan penduduk Belitung

Island hopping di Belitung, hari kedua.

Catatan hari pertama bisa dibaca di sini.

Pagi itu matahari bersinar indah. Saat yang tepat untuk pergi ke pulau-pulau sekitar Belitung. Salah satu high light nya liburan Belitung. Kalau kita traveling tanpa menggunakan jasa tour, sebaiknya kita booking perahu dulu di Pantai Tanjung Kelayang, sehari sebelumnya.

Sebelum berangkat, di perjalanan menuju Pantai Tanjung Kelayang, mampirlah dulu ke warung dan beli sebungkus malkist ROMA. Ini wajib ya. Mau sebungkus atau dua bungkus, terserah. Tapi harus bawa. Perjalanan menuju ke Tanjung Kelayang diwarnai dengan pemandangan rumah-rumah cantik khas Belitung.

Pk. 8.30 pagi kami berada di pantai indah berpasir putih halus bagaikan bedak. Menyenangkan sekali. Aji dan Firdaus yang akan mengantarkan kami dengan perahu, sudah menyiapkan life vest dan snorkling. Makanan untuk di pulau juga sudah dipesan di Rumah Makan Sian Lie.




Pantai Tanjung Kelayang ini memang dijadikan garis start sekaligus finish untuk berangkat island hopping. Mobil di parkirkan di depan tempat penyewaan perahu Sian Lie.



Dermaga di Pulau Kelayang menarik untuk difoto. Duh, jadi ingin balik lagi! Bermain Frisbee pun mengasikan di sini. Pasirnya benar-benar lembut! Pulau apa saja yang dikunjungi?


1. Pertama kita akan melihat PULAU BATU GARUDA alias KEPALA GARUDA. 


Kita hanya melewatinya saja. Dari kejauhan memang batunya mirip kepala burung.

2. PULAU PASIR.

Pulau pasir atau pulau gosong ini adalah pulau pertama yang kita kunjungi. Pulau ini hanya ada pada waktu surut. Waktu terbaik untuk berkunjung kemari adalah antara April - September karena lautnya surut dan ombaknya tenang. Jika kita ke sana di musim hujan, pulau pasir tenggelam dan tidak bisa dinikmati. Kitapun tidak bisa menyeberang ke Pulau Lengkuas.

So, another tips to go to Belitung. Pergilah di bulan April - September! 

 Di sini kita bisa mencari banyak bintang laut di dalam air. Species Choco chips starfish yang banyak ditemukan di sini. Jangan dibiarkan tidak terendam air terlalu lama ya, kasihan. Difoto-foto bersama mereka memang something really special, tapi sering-sering celupkan mereka kembali ke air.




3. SNORKLING di dekat PULAU LENGKUAS. 

Setelah berlama-lama di Pulau Pasir, kita langsung menuju Pulau Lengkuas dan snorkling dulu sebelum mencapai bibir pantai. Di sini letak keseruannya. SNORKLING! Sayangnya tidak disediakan penyewaan kaki katak di sini. Aku sudah siap memakai sendal gunung, lumayan untuk melindungi kaki agar tidak tergores karang.



Nah di tempat ini kita bisa memberi makan ikan-ikan dengan Malkist Roma yang kita beli tadi. Ikannya langsung datang menyerbu. Seru!


Photo by Dima55atria 

Snorkling di sini sampai puas deh. Asalkan alat snorkle nya enak dipakai, betah berlama-lama. Tapi kita juga harus memperhatikan jangan sampai terbawa arus terlalu jauh dari kapal. Buat yang tidak bisa berenang, bisa kok snorkling. Memakai life vest, tidak akan tenggelam. Kunci rahasianya adalah tetap tenang jangan panik, pelan-pelan belajar bernafas melalui mulut.

4. PULAU LENGKUAS 

Puas ber-snorkling bermain bersama ikan-ikan garis hitam putih, kami pun melanjutkan lompatan kami ke pulau berikutnya. Pulau Lengkuas dengan mercusuarnya yang gagah. Dari Tanjung Kelayang hanya memerlukan waktu sekitar 20 menit menuju Pulau Lengkuas ini tapi kami baru tiba di sana menjelang tengah hari, sekitar pk. 11.


Pulau ini cukup ramai dikunjungi orang. Primadonanya wisata Belitung. Ada yang berjualan di tepi pantai, sambil bersantai di bawah pohon. Anak-anak kecil enggan naik ke mercusuar, betah sekali berlama-lama bermain pasir padahal matahari sedang terik-teriknya. 


Mercusuar berlantai 18 ini dibangun tahun 1882 dan merupakan peninggalan Kolonial Belanda. Sayang sekali kalau kita tidak naik ke atas sana, selama lutut masih sehat ayolah coba masuk dan naik menuju ketinggian 65m.



Memasuki area mercuar ini kita diwajibkan melepaskan alas kaki yang berpasir dan membersihkan kaki dengan potongan busa agar pasirnya tidak terbawa masuk. Kita dikenakan bea masuk Rp. 5000,- dan tidak boleh membawa botol minum ke atas. Wajar sih, supaya tidak ada sampah yang ditinggalkan di atas. Kebijaksaan yang bagus.



Bau cat hijau masih tercium kuat ketika mulai menaiki anak tangga. Mungkin baru direnovasi. Kita bisa beristirahat di setiap lantai dan memandang keluar jendela. Bagusnya lagi, posisi jendelanya berubah-ubah tiap lantai sehingga kita bisa menikmati pemandangan yang berbeda-beda. Ada gaung yang membuat suara kita terdengar lebih merdu lho di dalam mercusuar ini. HAHAHA... tak pedulikan tamu lain mendengar atau tidak, aku menyanyikan lagu "The hills are alive with the sound of music... aaaaa...aaaaa..." makin naik lantai nadanya makin tinggi. HAHAHA. Yah, suara pas-pasan tapi kalau di dalam mercusuar mah lumayan alus lah. Suwer...




Bayangkan muka berambut kusut tanpa disisir dan basah sehabis snorkling, bernyanyi-nyanyi sambil menaiki tangga yang makin ke atas semakin mengecil. Nyebelin dikit lah ya. HAHAHA. Waktu turun tangga, kami sempat menghitung anak tangganya. Total ada 313 anak tangga.



Pemandangan di Pulau Lengkuas sangat indah. Air lautnya juga jernih. Snorkling di sana juga terlalu seru untuk tidak diulangi lagi. Tapi matahari sudah beranjak semakin tinggi. Perut harus diisi. Di bawah mercusuar, ada penjaganya yang memelihara penyu dan ikan nemo. Kasian sih sebenarnya, mereka bagus berada di laut daripada di dalam ember. Semoga mereka panjang umur. 

Sempatkan diri untuk berjalan-jalan di pantai sekitar pulau. Menaiki batu-batu granit abu-abu muda yang besar-besar dan berfoto di sana. Harus agak memanjat memang, tapi kan gak tiap hari kita di sana. Panjatlaaaah..... Kalau bukan awan mendung yang sudah berat menggantung yang memperingatkan kami untuk segera melanjutkan petualangan, mungkin kami masih betah menjelajah. Ayo lanjut!

5. PULAU GEDE KEPAYANG. 

Makan siang! AHA! Sudah banyak orang di sana. Restorannya penuh. Penuh orang Bandung Jakarta. :) Free flow teh, teh manis, dan kopi. Ada tempat bilas dan cuci kaki. Musik reggae khas pantai menghentak lewat speaker besar. Waaah asiknya, benar-benar seperti di pantai! Duh nanti ya, file foto-foto di rumah makan ini belum ketemu. Nanti kalau ada, aku susulkan. So far suasananya asik. Makanannya juga enak-enak. Ikan bakar pakai kecap bawang dan rawit, sate udang, udang kipas yang mirip lobster, cumi goreng tepung, gangan ikan (makanan khas Belitung). Gangan ikan ini adalah sop kuah kuning kepala ikan ketarap.


Free flow kopi atau teh di perahu ini. 
Picture by Ediputratama 



INTERMEZZO :
Kalau saja manusia bisa berojol langsung dari botol,
dan langsung gede ga pake jadi bayi lagi...
Mungkin ini yang dinamakan manusia botol, inovasi lanjutan dari bayi tabung.
Mereka tidak bisa menulis bagus, lantaran langsung bisa jalan, tanpa merangkak terlebih dahulu.
Mereka juga tidak punya ikatan dengan wanita yang disebut IBU,
atau mungkin terharu jika melihat botol BIG COLA 2lt karena mengira itulah sang bunda.
Mereka bukan generasi yang pernah lucu.
Begitu lahir, langsung dituntut mampu ini dan itu.
Sudah..sudah... tak perlu dilanjutkan.
Buang-buang waktu saja memikirkannya 

6. SNORKLING DI PULAU BABI 

Yeaaay snorkling lagi!! Karena snorkling itu sangat menyenangkan, dan awak kapal kami bersedia membawa kami untuk kembali snorkling, jadi kami happy. Pulau Babi bro! Sayangnya, pulau itu dinamakan pulau Babi bukan karena banyak piglets nya tetapi karena lautnya banyak BULU BABI. Aiiiisshhh... Tapi terumbu karang dan pemandangan bawah air di tempat ini lebih menyenangkan dan menegangkan dari sebelumnya di Pulau Lengkuas. Arusnya cukup kuat mengarah ke terumbu karang yang penuh bulu babi yang besar-besar sehingga kita harus terus mengayuh kaki melawan arus agar bisa stay di dekat perahu.



Menegangkan sangat karena jarak air tempat kita mengambang dengan terumbu karangnya sangat dekat sampai kaki harus terus ditahan di atas. Ya itu hanya awalnya saja. Perlahan-lahan hati mulai tenang, kakipun bisa berbahagia menjelajah keindahan bawah laut berbulu babi itu. Firdaus, crew kapal, sempat memotret kami memakai smartphonenya. Tapi hasilnya gak ada yang bagus. HAHA.. Aji, crew kapal yang lainnya, dengan sabar menemani anak bungsuku menikmati snorkling. Oh, by the way, ikan-ikan di sini berbeda. Mereka tidak suka malkist. Kue kita gak laku. Ah, aku suka deh di sini. Habitatnya lebih sehat tidak terpengaruh tangan manusia.


 Aji memegang bulu babi, berdiri di atas terumbu karang.

Menurut cerita pengalaman Aji, bulu babi dibelah dan makan mentah-mentah langsung oleh turis asing. Lupa dari mana, sepertinya dari Jepang ya, sashimi.

7. PULAU KELAYANG 

What a trip! Belum selesai nih ceritanya. Setelah lelah melawan arus dan menguatkan mental bercengkrama dengan bulu babi kami naik ke atas kapal. Kaki-kaki kami luka kena karang tapi kabar baiknya adalah kami masih punya satu pulau lagi untuk dijelajah. Route yang umum dalam island hopping biasanya ke Pulau Batu Berlayar, tapi kali ini kami ditawarkan ke Pulau Kelayang. Kami setuju karena di sana ada goa. Lain dari yang lain.


Banyak burung camar di batu granit putih yang besar itu. Suaranya terdengar sayup di kejauhan. Pulau tak berpenghuni ini sepi dari pengunjung, serasa milik pribadi. Asik sekali. Peaceful setelah hingar bingar suasana pulau-pulau sebelumnya. Perjalanan dari pulau ke pulau ini ditutup dengan manis. Benar-benar tenang. Tapi semua itu tidak berlangsung lama. Kami diajak masuk menjelajah ke tengah pulau.




Batu-batu granit yang sangat amat besar saling berhimpitan seperti goa, ada di dalam sana. Wah benar-benar pengalaman unik. Di dalam sana bisa tembus ke bibir pantai sehingga air laut masuk ke dalam goa tersebut. Banyak kepiting kecil, ikan-ikan dan juga mahluk laut lainnya yang aneh-aneh di sana. Kalau di google map, pulau ini tepat di sebrang Pantai Tanjung Kelayang. Lebih dekat dibandingkan pulau Batu Berlayar. Tapi kami tetap bersyukur karena memilih tempat sepi ini. Lain kali mau ke sana lagi, tapi mau ke Batu Berlayar juga.

Perjalanan hari itu menyenangkan, menegangkan dan melelahkan tapi memuaskan. Baru dua hari di Belitung sudah sangat excited. Kami pulang pada saat matahari hampir terbenam. Tiba di pantai Tanjung Kelayang masih cukup terang dan mandi di dekat tempat parkir. Segar, bersih, asik!

Catatan Kaki:

Persiapan ke pulau ini: 
- bawa handuk, sabun, shampoo, baju ganti, air minum secukupnya.
- langsung merangkap baju renang dari hotel atau bisa juga ganti baju di tempat penyewaan perahu.
- kalau ada, pakai sandal gunung atau bawa kaki katak.
- bawa tensoplast dan betadine, snorkling hampir selalu meninggalkan luka. (awwww...)

Booking perahu dan makan siang di Sian Lie
Ph. 0819 2962 8699
Harga perahu : 350-650k tergantung perahunya.
Sewa snorkle dan life vest.

Kalau mau crew kapal yang menyenangkan dan sabar menemani nyemplung,
hubungi Aji 0819 2952 4924 atau Firdaus 0819 4915 5157

Rombongan kami 8 orang, total budget island hopping plus makan plus tips 262.5k per orang (makan foya-foya).

8. MAKAN MALAM DI RUMAH MAKAN DYNASTI 

Setelah puas segala-galanya di siang hari, kami menutup malam hari dengan makan besar lagi. HAHA


Rumah makan Dynasti ini salah satu Rumah Makan terbesar di Belitung. Waktu kami ke sana, ada pesta pernikahan yang hampir selesai. Unik lho, tamunya tinggal segelintir tapi live musik lagu-lagu mandarin jadul dan jogetnya masih ada. Seperti pesta-pesta pernikahan Tiong Hoa tempo doeloe loh. Ajaib. Serasa masuk time machine 30 tahun ke belakang.

Sup baso ikan, kepiting isi, kepiting saus padang, porsinya besar. Memory card handphoneku mendadak crash karena merekam reportase makan malam di sana :( Kami memesan makanan yang kelihatan enak, dan semua enak-enak. Makan sampai susah berjalan. Ooops. Kami membayar per orangnya Rp. 93.000,- Memang cukup mahal untuk backpacker.

Catatan Kaki: 

Rumah makan Dynasti
Jalan Dr. Susilo 39 Belitung
Ph. +62 8192 553 557



Related Posts:

Sarapan Pagi di Belitung
Batu Mentas, wisata tersembunyi di Tanjung Pandan
Liburan Impian, Belitung Hari Pertama
- Menyiasati Hujan di Belitung, hari ketiga
Lebih dekat dengan penduduk Belitung
Pantai Tanjung Pendam, apa yang kau pendam?