Saturday, October 1, 2016

Menyiasati Hujan di Belitung, hari ketiga

Setiap membuat rencana perjalanan, aku selalu memeriksa ramalan cuaca lewat internet. Apalagi berlibur ke pantai, wajib mengaturnya dengan baik termasuk bekerjasama dengan alam dan cuaca. Biasanya kita bisa mencari info, kapan waktu terbaik untuk berkunjung ke suatu pulau dan kapan waktu yang sebaiknya dihindari karena gelombang tinggi.


Hari ke-tiga di Belitung diramalkan hujan deras. Kami memutuskan untuk main ke dalam kota saja, ke daerah Belitung Timur - desa Laskar Pelangi.

Keluarga kami mengenal Laskar Pelangi lewat drama musikal yang mereka mainkan di Gedung Teater Jakarta pada tahun 2011. Anak-anak Cowboy Junior masih kecil-kecil. Aku sudah memberikan pengarahan dahulu sebelumnya kepada anggota rombongan, don't expect too much on today's trip. Hehehe.. Sekolah Dasar Muhammadiyah yang akan kami kunjungi pun hanya replika, bukan tempat asli di mana Lintang, Ikal dan Ibu Muslimah bertemu dahulu.

1. SD Laskar Pelangi



Gerimis tak kunjung henti mengawal perjalanan kami melewati daerah Badau menuju SD Laskar Pelangi selama 1 jam 30 menit kurang lebih. Jarak dari hotel kami ke sana kira-kira 71 km melalui jalan yang besar dan mulus. Bebas macet.

Seperti biasa, kami singgah di beberapa rumah penduduk untuk mengambil foto, sebelum tiba di tempat tujuan.

Semesta cukup bersahabat. Gerimis sempat berhenti begitu kami tiba di sana di SD Muhammadiyah.

We were doing fun over there. Melihat ada Bendera Merah Putih yang berkibar, kami jadi kangen masa-masa upacara. Ini jarang-jarang moment, hormat bendera sekeluarga. Mumpung sepi dan tidak ada siapa-siapa kecuali kami di sana. Kami berbuat 'onar' dan tertawa terbahak-bahak bersama.

Dikenakan tarif masuk ke dalam area replika SD Laskar Pelangi ini, tapi maaf aku lupa berapa. Tapi aku jamin tidak mahal kok. Tidak sampai 10k. Di sebelah bangunan SD ini juga ada tempat membeli souvenir dan pameran lukisan. Ada sepeda ontel yang dipajang dan kita bisa difoto di sana menggunakan topi kerucut. It's quite fun.



Di sebrang SD Laskar Pelangi ini ada tempat wisata baru, "Rumah Keong". Kami nggak ke sana sih, langit kelabu dan gerimis terus. Difoto di sana juga kurang bagus kalau tidak didukung langit biru. Aku pinjam fotonya saja ya dari internet ya, buat referensi kamu.


by Arbie Haryono


2. Museum Kata - Andrea Hirata

Sudah satu paket, mengunjungi SD Laskar Pelangi sekaligus mengunjungi Museum penulisnya, Andrea Hirata. Jaraknya tidak terlalu jauh, hanya 5 menit. Sayangnya saat kami ke sana museum Kata sedang direnovasi. Kami tidak bisa masuk. Padahal aku ingin sekali melihat-lihat ke dalam dan membaca kata-kata karya sang penulis.




Satu tips yang mungkin berguna,
pakailah baju polos jika kamu berkunjung ke daerah Belitung Timur. Museum ini berwarna warni, kamu akan tampak selaras jika outfitnya tidak terlalu ramai. Kamu juga akan tampak menarik dengan baju polos berwarna cerah jika berfoto di bangunan SD yang hampir seperti gubuk itu. Kalau niat, ajak semua peserta yang bareng denganmu untuk membawa/memakai seragam sekolah dulu. Pasti seru.
 


Kami masih bergelut dengan gerimis saat itu dan hari sudah mulai menuju tengah hari. Dari Museum Kata kita bisa berjalan kaki ke Kampoeng Ahok, hanya 5 menit! Gak ada apa-apa sih di sana, tapi ada tukang gorengan yang jual molen. Enak juga.

3. Kampoeng Ahok 



by Theresia


Di seberang tulisan KAMPUNG AHOK ini ada rumah Ahok. Mamahnya ko Ahok masih tinggal di situ. Tempat ini dibuka untuk umum, siapa saja boleh masuk ke pekarangannya.


by Novita Sari
Di sebelah kanan rumah ini ada Sanggar Batik de Simpor, sebuah toko yang menjual batik dan oleh-oleh Belitung lainnya. Batiknya bagus sih, modern gitu warnanya cerah. Tapi ya mahal, apalagi batik tulisnya. Aku cuma lihat-lihat saja. :D


Tempatnya kurang terawat juga. Gelap dan sederhana, cukup berantakan. Ada kue coklat Mama Ahok lho. Di antara sanggar ini dan rumah Ahok, ada kandang keledai lho. Baru kali ini kami melihat keledai sungguhan.

4. Makan siang di RM. Fega

Kami tidak menghabiskan banyak waktu di Kampoeng Ahok, berbekal pisang molen untuk mengganjal perut yang sudah mulai lapar, kami lanjut makan siang. Ada dua Rumah Makan yang recommended di Belitung Timur. Yang pertama adalah Rumah Makan Ayung B.B (Sinar Laut) di depan Pantai Serdang. Tempat makannya biasa saja, tidak ada yang istimewa. Tapi masakannya juara. Ini rekomendasi dari Pak Anwar, supir yang mengantar kami selama di Belitung. Boleh deh dilihat reviewsnya di google map.

Kami memilih opsi kedua, RM Fega karena letaknya di tepi danau. Kami ingin menikmati semua aspek di Pulau Belitung, sungai, pantai, kota, hutan dan juga danau.

Ini satu-satunya bon yang masih tersisa. :) Makan ber-8 di RM Fega. Nasinya cukup satu bakul. Yah dibilang murah juga nggak sih ya. Tapi cukup foya-foya. Banyak dagingnya.

Selama di Belitung, supir kami tidak makan bareng kami. Dia sudah mendapat jatah dari setiap Rumah Makan yang kami datangi. Kita cukup pikirkan perut sendiri. Oh ya aku lupa, selain itu, kami berlibur di saat bulan puasa. Pantas saja setiap makan siang, kami tidak menawarkan makan kepada Pak Anwar. Tapi betul, beberapa kali kami ke rumah makan saat makan malam, Pak Anwar bilang dia sudah punya jatah sendiri.

Hujan angin benar-benar deras ketika kami berada di Rumah Makan Fega. Kami tidak mendapat meja makan dengan pemandangan danau karena tidak memungkinkan. Terlalu banyak cipratan air. Ada lagi tempat makan yang cukup aman dari cipratan hujan, tapi sudah dibooking rombongan. Barangkali itu salah satu keuntungan ikut tour, sudah ada yang booking tempat terbaik setiap kali makan.


dari resensikecilku.

Hujan besar cukup menjadi kendala buat kami berkeliling dan menikmati tempat ini. Mengurangi keindahan dan mood berfoto. Kalau ke Belitung lagi mungkin kami akan coba opsi pertama, RM. Ayung B.B. Tempatnya memang lebih bagus di Fega, tapi siapa tahu soal rasa dia lebih juara. Ketika hujan sudah lebih jinak, kamipun meninggalkan Fega dan berkeliling kota Manggar.



by Rendi Abdul
5. Manggar -Kota 1001 Warung Kopi

Belitung Timur tempo doeloe pernah jaya. Saat PN Timah di era orde lama hingga orde baru giat menambang Timah dan kota Manggar adalah pusatnya. Warung kopi menjadi tempat sosialisasi dan diskusi antara para buruh timah dengan pegawai pemerintahan, pekerja perkebunan dan para pedagang dari berbagai desa selepas bekerja. Terbayang, nongkrong di Warung Kopi mungkin adalah hiburan satu-satunya di kala itu.

Kami mencari Warung Kopi Atet saat itu, tapi tutup. Sayang sekali, padahal aku penasaran dengan Warung Kopi Atet karena katanya Basuri Tjahaya Purnama, Bupati Belitung Timur pun suka duduk ngopi bersama rakyat di sana. Bapak Mickey Mouse blusukan ke pasar juga konon suka mampir ke sana kalau sedang mudik.

Saat kami berkunjung di bulan puasa, kota Manggar sepi bagaikan kota mati. Banyak warung kopi di mana mana tapi tutup. Lalu kami ditawarkan Warung Kopi Milenium tapi akhirnya kami lewatkan. Gerimis dan sepinya kota Manggar membuat kami kurang bersemangat.


6. Pantai Serdang

Pantai Serdang

Salah satu pantai tempat kita melihat Sunrise adalah Pantai Serdang. Di pantai yang sama, orang-orang mengabadikan Gerhana Matahari Total tanggal 9 Maret 2016 lalu. Pantainya sepi, cukup bersih tapi tak ada apa-apa di sana. Mungkin karena bulan puasa. Agak prihatin melihat keadaan di Belitung Timur. Perekonomian terlihat lesu, banyak orang-orang tua yang duduk-duduk di depan rumah, jalan-jalan begitu sepi, toko dan warung kopi tutup. Semoga hal ini hanyalah karena fenomena bulan puasa saja.


Pantai Serdang

Kami tak lama di sana. Pantai dengan langit kelabu dan tanpa ombak ternyata tidak menarik. Jaketku basah karena memaksakan diri ke pantai di tengah gerimis tak henti-hentinya mengguyur Belitung Timur sehabis hujan deras.

7. Vihara Dewi Kwan Im
Salah satu tempat yang banyak dimasukan ke dalam itinerari Manggar adalah Vihara Dewi Kwan Im. 30 menit jaraknya dari Pantai Serdang, ke daerah Burung Mandi, searah dengan perjalanan pulang. Kami menumpang ke kamar kecil di sana. Bersih sekali!


by Katerina


Vihara ini adalah Vihara tertua di sana, didirikan di sebuah bukit yang banyak ditumbuhi pepohonan dan sejuk. 



Dari Vihara ini, ada pantai lain yang bisa dikunjungi tanpa makan waktu lama. Menurut supir kami, pantai ini adalah miliki keluarga Ahok. Pantai Bukit Batu namanya. Setiap pengunjung yang ke sana harus membayar Rp.5000,- per orang. Sayang sekali lagi sayang, tutup juga! Ada gerbang menuju ke sana dan kami tidak bisa lewat.

Keluarga Ahok memiliki 4 pulau di Belitung. Asik bener... 


Pantai Bukit Batu
Dekat dari Pantai Bukit Batu, ada pantai lagi namanya Pantai Burung Mandi. Temanku bilang pantai ini bagus. Tapi kami sudah kehilangan semangat saat itu, mendung dan hujan masih tak henti mengiring perjalanan kami. Kami simpan saja untuk lain kali. Ayo buat kalian yang ke Manggar, masukan itu semua ke dalam itinerari. 


Pantai Burung Mandi

Oh ya, ada satu tempat lagi yang kami kunjungi tapi tidak kami jabanin. Open Pit, Kelapa Kampit. Hampir pk.17 ketika kami sampai ke tempat parkir di kaki bukit, mendung dan hampir gelap. Menurut informasi, kita harus naik ke atas bukit selama 15 menit dari tempat parkir berjalan kaki untuk bisa tiba di lokasi. Yah, sudah mendung dan gelap, sepertinya belum jodoh.
Open Pit
Hari sudah gelap ketika kami tiba di pinggir kota Tanjung Pandan. Waktunya KULINER.

8. Pempek Mama Rio
Ngemil dulu pempek Mama Rio, lumayan terkenal nih. Rekomendasi dari temenku yang suka banget dengan pempek ini. Di tempat ini ada juga kepiting isi, rasanya sama dengan kepiting Adena. 
by Elsasisters

9. Juhi Bakar

Letaknya tidak jauh dari tempat Pempek Mama Rio. Sudah lama sekali gak makan juhi bakar, jadi rasanya istimewa. Juhi ini dibakar lalu dipukul-pukul dengan memakai palu di atas balok kayu, supaya tidak alot katanya. Harga Juhinya bervariasi tergantung ukuran, dikasih saus cocolan juga. Coba deh! 



10. Rumah Makan Timpo Duluk
Sehari sebelumnya kami sudah mencoba ke rumah makan ini, tapi belum beruntung. Sebaiknya kita reservasi dulu kalau mau makan di Timpo Duluk, supaya bisa duduk di ruangan utama. Kami duduk di ruangan belakang karena tidak reservasi. Tak apalah, sudah bagus kebagian tempat. Rumah Makan ini sepertinya tempat yang wajib dikunjungi di Belitung. Tempatnya menarik karena dekorasi dan penyajiannya menggunakan barang-barang jadul. Kita memang diajak untuk kembali ke Belitong jaman doeloe. Di buku menu dan meja makannya pun kita bisa membaca cerita tentang asal muasal rumah makan ini. Entah dongeng entah nyata.

Belitong punya cara makan khas tersendiri, namanya makan bedulang. Tradisi makan bedulang ini mencerminkan kebersamaan. Arti bedulang itu adalah makan menggunakan dulang atau nampan seng yang besar berbentuk bundar. Dulang ini sudah ada dari tahun 1950 lho.
Cara makannya pun tidak sembarangan. Satu dulang dikelilingi empat orang yang duduk bersila dan makan bersama. Lauk pauknya apa saja? Tentu saja makanan khas Belitong salah satunya adalah gangan ikan (ikan kuah kuning). Dulang ditutup dengan tudung saji yang disebut mentudong. Nasi dan air minum disajikan terpisah. Uniknya lagi, menurut tradisi, ada seorang "mak panggong" yang melayani tata cara makan bedulang ini. Ini bisa dikatakan fine-dining tempo dulu ya.

Hari mendung dan cuaca buruk ini sudah kami manfaatkan semaksimal mungkin. Cukup produktif dalam mengenal Belitong lebih dekat. Ini adalah cara terbaik yang kami temukan untuk menyiasati wisata Belitung di kala hujan. Semoga bisa menjadi referensi yang berguna.

Catatan Kaki:
Rumah Makan Ayung
Jl. Pantai Serdang
Manggar, Belitung Timur
Buka pk. 10AM - 9PM.

Rumah Makan Fega
Jl. Jendral Sudirman,
Manggar, Belitung Timur
Ph. (0719)91114
Buka pk. 9AM - 5PM

Warung Kopi Atet

Jl. Jendral Sudirman 187
Manggar, Belitung Timur

Pempek Mama Rio
Kampung Damai
Tanjung Pandan

Juhi Bakar
Jl. Mat Yasin 49,
Belitung 33416
ph. +628192340770

Rumah Makan Timpo Duluk
Jl. Lettu Mad Daud 22
Tanjung Pandan
Reservasi : (0719) 9223242


Related Posts:

Sarapan Pagi di Belitung
Batu Mentas, wisata tersembunyi di Tanjung Pandan
Liburan Impian, Belitung Hari Pertama
Islands hopping di Belitung, hari kedua.
Lebih dekat dengan penduduk Belitung
Pantai Tanjung Pendam, apa yang kau pendam?

1 comment: