Monday, September 12, 2016

Lebih Dekat dengan Penduduk Belitung

Belitung terkenal sebagai penghasil LADA alias merica. Banyak kebun LADA bisa kita temui di sana. Lihat tanahnya, beda dengan tanah Jawa yang subur dan gembur. Di sana kering, keras dan berpasir. Seumur-umur baru kali ini kami melihat pohon lada. 



Belitung adalah tempat yang sangat aman. Tingkat kejahatan di sana sangat minim. Sesekali ada pencurian, itupun dilakukan oleh orang luar pulau. Bukan orang Belitung. Demikian cerita dari Pak Anwar, supir yang mengantar kami.

Kesejahteraan rakyat di sana, khususnya daerah Belitung Barat, sudah cukup baik. Hampir setiap rumah memiliki motor. Mobil hanya sedikit di sana, TIDAK ADA ANGKOT jadi NO MACET dan NO STRESS. Jalan-jalan di Belitung wajib menyewa mobil atau motor deh. Tidak ada angkutan umum.Jalan rayanya bagus mulus sampai ke pelosok, hampir tidak pernah ada lubang. Sampai ke Batu Mentas pun bagus! Impressive. Perhatikan jalan raya mulus pada foto di bawah ini, semua jalan Belitung seperti ini.


Jarak antara pantai Tanjung Pendam tempat kami menginap ke Tanjung tinggi 27 km saja. Bisa ditempuh dalam tempo 30 menit. Tapi herannya kami gak sampai-sampai ke tujuan. Dalam perjalanan menuju ke sana banyak rumah-rumah kayu khas Belitung yang cantik-cantik, sungguh menarik perhatian untuk difoto. 





Kalau kita perhatikan, atap-atap di Belitung itu tidak memakai genting tanah liat melainkan seng. Orang-orang Belitung tidak mau tinggal di bawah 'tanah' selama masih hidup. Begitu ceritanya. Tapi jarak satu rumah ke rumah lain juga cukup jauh, masih ada halaman yang luas dan rumah-rumah mereka berjendela besar dan lebar. Mereka tidak merasa kepanasan tinggal beratapkan seng.


Kami sempat menghentikan mobil dan meminta ijin kepada para pemilik rumah untuk memotret rumah mereka. Mamaku bahkan mengintip ke dalam dan minta ijin memotret mereka yang sedang berkumpul di ruang tengah. 



Setelah merasa cukup, kami pun pamit. Mama bergegas ke mobil dan membuka bagasi.
"Mana kue tambang?" tanya Mama.
"Ada di tas hitam, makan ini dulu aja yang sudah dibuka,"jawabku. 
"Kue tambang...."
"Iya ada di paling bawah, di dalam tas. Tapi masih utuh, belum dibuka. Nanti saja." tegasku lagi.
Mama tetap ngotot mencari sebungkus kue tambang. Ternyata dia mau memberikannya kepada orang-orang yang sedang kongkow di rumah adat tadi. HAHAHA.. aku kira mau dimakan di perjalanan. Aya aya wae.



Related Posts:

Sarapan Pagi di Belitung
Batu Mentas, wisata tersembunyi di Tanjung Pandan
Liburan Impian, Belitung Hari Pertama
Islands hopping di Belitung, hari kedua.

- Pantai Tanjung Pendam, apa yang kau pendam?

No comments:

Post a Comment