Monday, September 19, 2016

Menikmati Purnama bersama Warkop di Pagi Hari

Bulan purnama bersinar terang dan tampak paling besar pada bulan September setiap tahunnya. Pada hari-hari itulah orang-orang Tiong Hoa merayakannya dengan memakan kue bulan atau Mooncake. Tanggal 16-18 September yang lalu, di kala sang purnama sedang cantik-cantiknya, orang-orang Bandung dihebohkan dengan pesta kuliner paling piknik, "Mooncake Festival" di Peta Park. Hujan tak mengurangi antusias warga Bandung untuk datang dan memborong kuliner yang dijual di sana.

Warga Bandung yang kreatif mengerahkan segala keterampilan mereka di bidang kuliner dan menggelarnya bersama-sama. Kitchen Delight, Babibubebo dan Elpaso dengan nasi campurnya yang laris manis, Siomay ci Acin dengan ham coi kon-nya, Indo Kombucha, Bolu gulung keju dan bapao panggang isi char sieu dari Amaro, aneka makanan vegetarian dari Vegetarian House yang hari ini sedang berulang tahun dan Kedai Putu yang meramaikan berbagai food trucks yang ada. Ducko Chan sebagai penggagas event ini bersama teamnya telah berhasil mewarnai perayaan Terang Bulan ini dengan sukses. Kelihatannya boleh tuh kalau diadakan setiap tahun!

Purnama ini layak juga dirayakan tanpa beramai-ramai. Berdua dengan anak laki-laki yang lahir saat bulan purnama 11 tahun  yang lalu, aku menikmati Purnama di pagi hari.Warung Kopi Purnama. Kami ke sana karena anakku ingin makan buburnya depan warung. Walau kami harus jalan dari gg.Suniaraja karena susah parkir di Alketeri, kami jabanin. Pagi hari yang sejuk sehabis hujan, menyusuri jalan basah dan mengamati kegiatan sepanjang jalan, mengasyikan juga. 



Mungkin sudah banyak pembaca yang pernah makan di warkop ini, bahkan para engkongnya pun sering kemari. Kalau roti SIDODADI dirintis th. 1954, ini lebih tua lagi. Tahun 1930 sudah ada. Nah kamu, tahun 1930 ada di mana?

Warkop Purnama ini adalah salah satu warung kopi tertua di Bandung. Didirikan dengan nama Chang Chong Se yang artinya Silakan Mencoba, yang kemudian diganti menjadi Warung Kopi Purnama pada tahun 1960-an di masa orde baru. Wah, salah satu saksi sejarah! Pendiri warkop ini ternyata bukan orang Bandung, Yong A Thong berasal dari Medan yang hijrah ke Bandung di awal abad ke-20.

Kini sudah 4 generasi yang mengelola tempat ini dan semoga terus berlanjut. Mereka juga mempertahankan cita rasanya dengan mempertahankan resep aslinya. Jadi apa yang kita cicipi kurang lebih sama dengan apa yang dicicipi nenek moyang kita. Isn't that cool? Kursi mejanya pun masih asli yang doeloe. Cobalah datang pagi hari, dan duduk di depan, daerah smoking area. Hiruk pikuk kaum bapak yang berkumpul, para ncek-ncek yang berkumpul bersama kepulan asap rokok mereka menyeruput secangkir kopi ditemani bubur ayam. Ah, otentik kali bah!


Suasana smoking area
Ini adalah jendela dapur tempat makanan diproduksi.
Kopi susu 14K pake jempol
 Kopi yang mereka sajikan khusus dibawa dari Medan dan digiling sendiri setelah disimpan sekian lama sampai aromanya kuat. Keluarga mereka menyimpan rahasia cara penggilingannya secara turun temurun sehingga kopi yang dihasilkan memiliki ciri khas tersendiri.

Selain terkenal dengan kopinya, roti sarikayanya pun menjadi favorit para langganan. Mereka membuat sendiri selai sarikayanya tanpa bahan pengawet, dengan gula merah yang bisa menyihir para pembeli sampai ketagihan. Mereka juga menjual selai sarikayanya jika kita ingin membuat sendiri di rumah.
Roti dadar terlur worst - 20K pake jempol juga
Bubur ayam 14k tanpa jempol
Kami salah strategi. Maksud hati menikmati bubur di roda depan warung, tapi kehabisan. Bubur terakhir dimenangkan oleh orang yang duduk di meja sebelah kami, padahal kami datang duluan. Seharusnya sebelum masuk Warkop Purnama, kami memesan dulu semangkuk bubur. Ah, kecewa. Kami memesan bubur ayam buatan warkop tapi tak seindah bubur roda depan. Ayamnya sedikit, gak ada cakue, rasanya hambar, dan harganya lebih murah. Kalau kita lihat foto berikut, ada dua tong besar yang sudah kosong di sebelah roda bubur, itu adalah bubur yang habis! Jam 9 juga belum, dua tong bubur sudah ludes. Siapa yang makan?!



Di sebelah tukang bubur ada tukang kue ape dan tukang bandros, tapi kami sudah cukup kenyang. Aku cuma numpang mengambil foto bandrosnya saja. Seijin penjualnya lho!

dedicated untuk yang rindu bandros

Kapan-kapan mau kemari lagi lebih pagi dan memesan bubur di depan. Membayar kesalahan strategi kali ini.

Catatan Kaki:

Warung Kopi Purnama
Jl. Alketeri 22
Jalan kecil sebelah hotel Golden Flower di Asia Afrika.
Ph. 022-4201841
IG : @warungkopipurnama
Buka mulai pk. 6.30 AM - 10 PM

Related posts:



No comments:

Post a Comment