Monday, January 9, 2017

Puncak Suroloyo - Itinerary Yogya hari kedua part 3.

Puncak Suroloyo

Melihat foto seorang teman kuliah dulu, aku fix suka dengan pemandangan Suroloyo yang terlihat peaceful bagaikan pertapaan Tiongkok. Karena itu aku memasukan destinasi ini walaupun sadar waktunya tidak ideal, tidak pada saat sunrise dan sudah diseling Gereja Ayam setelah dari Punthuk Setumbu.

Setelah meniti bukit Punthuk Setumbu, lalu naik lagi ke Bukit Rhema, kaki ini lelah. Aku bertanya ke mas penjaga parkir Bukit Rhema tentang Puncak Suroloyo, apakah harus naik lagi?

"Oh nda, mobilnya bisa parkir sampai atas kok itu," jawabnya pasti.

What do you think?
Seperti secercah harapan. Ah, ringan kalau begitu. Oke kita ke sana.

Menurut GPS kita membutuhkan 30 menit dari Bukit Rhema (Magelang) ke Puncak Suroloyo. Kenyataannya tidak. Lagi-lagi nyasar ke arah yang hanya bisa dilalui motor atau berjalan kaki.

Dari sekian lama pencarian, kesimpulannya adalah, ikuti jalan melalui Kalibawang arah Sendangsono (Goa Maria), alias jalan berputar yang terjauh. Jangan berpikir mengambil jalan terdekat, dan sebaiknya jangan mengikuti papan petunjuk kecil yang ada di jalan. Kami melewati jalan itu, sempit, terjal, kiri kanan jurang, dan menegangkan kalau berpapasan dengan mobil atau truk (walaupun jarang).

Untuk bisa mencapai Puncak Soroloyo dapat memilih 2 jalur yaitu :
  • Dari Yogyakarta – Jalan Godean – Kenteng – Nanggulan – Kalibawang – Suroloyo.
  • Suroloyo karya Budi Mulyadi di saat sunrise
  • Dari arah Semarang atau Magelang : Magelang – Muntilan – Jalan Wates – Kalibawang – Suroloyo.
Retribusi: 5k per orang (2017), Parkir 5k per mobil.

Waktu terbaik : Sunrise (kira-kira pk. 5 - 6 pagi) dengan catatan jangan salah jalan. Ambil jalan raya yang besar saja, jangan jalan pintas.
dan sunset juga bisa lho!

Lihat foto sebelah? Bandingkan dengan foto pertama. Foto pertama kuambil pk. 10 lebih, kabut sudah hilang.

Dan memang, pendopo-pendopo ini adalah tempat pertapaan Raden Mas Rangsang, Putra Mahkota Kerajaan Mataram Islam.
Tempat parkir, Warung Kopi Suroloyo, dan pemandangan dari pendopo pertama.


Begitu sampai di parkiran yang luas, ternyata informasi mas penjaga parkir Bukit Rhema hanya PHP. Kita harus menaiki 286 tangga yang terjal untuk mencapai puncaknya. Kami mutuskan makan mie baso di warung saja. Harganya 10k per porsi dan enak ternyata! Dedei, anak bungsuku bilang lain kali dia mau ke Suroloyo lagi untuk makan baksonya. Kami juga makan keripik sayur pegagan, anti asam urat katanya - harganya 3k only per bungkus.

Cuaca pagi itu berawan. Benar-benar tak berniat naik tangga. Ibu penjual bakso bercerita, biasanya sejak jam 3 pagi pun sudah ada pengunjung. Wah pasti indah melihat citylight kota Yogyakarta dari sana. Banyak pengunjung menunggu matahari terbit, tambahnya lagi. Setelah dipikir lagi, sudah jauh-jauh ke sana moso iya menyerah karena takut sama tangga. Jadilah kami naik.

Ada tiga pendopo di Puncak Suroloyo. Dari sana kita dapat melihat Candi Borobudur (kecil banget), Pantai Glagah di Kulonprogo, Gunung Merapi, Merbabu, Sindoro dan Sumbing. Sayangnya tak ada petugas pariwisata di sana yang menceritakan apapun kepada pengunjung.


Pemandangan dari ketinggian sekitar 1.019 mdpl

Pemandangan dari pendopo paling atas
Kesimpulannya, kami tidak menyesal naik ke atas. Pemandangan indah 360 derajat. Betah juga berlama-lama di sana kalau tidak ingat destinasi lainnya sudah menunggu. Lanjut!!

Karst Tubing - Wates

Kurang lebih satu jam perjalanan kami tiba di Wates. Permainan Bodyrafting Karst Tubing ini masih terbilang baru. Kami ke sana tanggal 31 Desember 2016 dan cukup menyenangkan, tidak berjubel seperti di Goa Pindul yang sekarang sudah terkenal. Per orang nya dibandrol 30k untuk track 1 dan 40k untuk track yang lebih panjang, sudah termasuk pemandu. Kami memilih track 1 karena tidak ada pilihan lain. Track 2 nya sedang ditutup karena arus cukup deras dan ada yang sedang diperbaiki.
Kami juga membayar extra 50rb untuk dokumentasi foto, dan it's worth. Foto-foto ini adalah hasil jepretan mereka. Satu kelompok satu juru foto dan bisa difoto sepuasnya.

Oh ya, harga per orang tersebut sudah termasuk snack di angkringan setelah selesai bermain air, dan juga termasuk transportasi mobil dari garis finish menuju tempat utama kembali.

Kami makan siang di sana sebelum mulai main air. Para pemandunya baik dan suka bercanda membuat kegiatan itu menjadi tambang seru. Awalnya saja terlihat menegangkan. Melihat aliran sungai cukup deras, dan suara-suara teriakan entah anak entah cewek. Aku takut harus melewati air terjun yang tinggi. Tapi ternyata tidak. Seru deh. Kurang lama rasanya, ingin mengulanginya lagi.

Ada sesi loncat dari atas batu ke sungai, tentu saja aku skip HAHAHA. Tapi kalau mau boleh berkali-kali kok. Clay juga loncat dua kali.

Oh ya, jangan lupa membawa handuk, dan peralatan mandi.
Menurutku sih tempat bilasnya sudah cukup memadai.

Setelah selesai main di sungai dan mandi, kami makan cemilan singkong rebus dan segelas teh hangat yang disediakan gratis satu orang satu voucher. Duduk-duduk ngopi sore di tepi sungai, segarnya... Puas!

Hari terakhir di tahun 2016 sudah kami lewati sejak matahari terbit dengan naik turun 3 bukit dan menyusuri sungai Konteng. Syukur kepada Tuhan. Sore itu kami beristirahat di hotel untuk memulihkan stamina supaya tidak tumbang. Leyeh-leyeh, nonton tv, update sosmed, tidur-tiduran.

Menjelang petang kami berangkat dari hotel, rencananya ingin ke Up Side Down World, tapi kami lewat Angkringan Lik Man di Jalan Wongsowirjan yang nampak sangat menggoda. Kami kangen dengan Kopi Jos dan nasi kucingnya yang nikmat. Sore itu cerah dan udaranya cukup sejuk. Matahari senja terakhir tahun 2016 di sebelah Barat Stasiun Tugu Pintu Barat mengucapkan selamat tinggal dengan meninggalkan langit kemerahan.

Sate ati ampela, sate telur puyuh, sate ayam, 5 nasi kucing, dan gorengan menemani Kopi Jos kami. Kopi di dalam gelas diseduh air panas dan dimasukan arang kemerahan ke dalamnya, jossssss..... langsung mendidih seketika. Asik melihatnya. Aku memotret-motret walaupun sedikit mengganggu para pelayan yang lalu lalang hendak menyuguhkan kopi. Aku memilih air jeruk saja, supaya lebih bervitamin. Sudah lama rasanya tidak minum segelas air jeruk seharga 4k. Yogya memang tak ada duanya.

Kami mengurungkan niat ke Upside Down, sudah mau malam tahun baru dan lalu lintas sudah semakin padat. Kami mengubah haluan ke Greenhost Boutique Hotel di Prawirotaman 2 untuk melihat pameran Papermoon Puppet Theater yang masih dibuka hingga tanggal 17 Januari. Kami harus menelan pil pahit ketika parkir dan diberitahu Satpam, pameran hari itu tutup lebih awal, pk. 16 tadi karena malam tahun baru. Sayangnya, malam itu adalah malam satu-satunya kami di Yogya. Malam berikutnya kami akan berada di Kaliurang.

Kalau kalian ke Yogya, boleh tuh cari tahu soal Papermoon Puppet Theater.

Sekitar pk. 19 kami sudah tiba di kamar hotel lagi. Hehehe.. Mata sudah berat lho! Malam tahun baru tapi pk. 20.30 kami sudah tidur! Suara kembang api bertalu-talu di tengah malam membangunkan aku sejenak, sekedar untuk menyapa teman-teman mengucapkan selamat tahun baru. Hanya aku yang bangun, semua anggota keluarga alias teman perjalananku tidur nyenyak kelelahan. Menjelang subuh kami akan bangun lagi mengejar matahari di hari yang baru.

Related Posts:

Itinerary Yogya hari kedua
Bukit Rhema, Gereja Ayam yang unik
Itinerary Yogya hari ketiga - Imogiri dan Kaliurang

No comments:

Post a Comment